Minggu, 12 Juni 2016

SALURAN TERBUKA, SIFAT-SIFAT DAN UNSUR-UNSUR GEOMETRINYA

BAB II
SALURAN TERBUKA, SIFAT-SIFAT DAN UNSUR-UNSUR
GEOMETRINYA

2.1. JENIS SALURAN TERBUKA DAN SIFAT-SIFATNYA
         Secara umum saluran terbuka dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu saluran alami dan saluran buatan. Saluran alami, terjadi secara
alamiah di bumi ini, mulai dari alur-alur sungai yang ada di perbukitan dan
pegunungan, turun lagi menjadi sungai kecil, sungai besar dan seterusnya
sampai ke muara. Sifat hidrolis saluran alamiah sangat tidak menentu.
Sehingga dalam penyelesaian secara teoritis perlu pengalaman untuk
memperoleh pendekatan anggapan sedemikian rupa sehingga persyaratan
aliran pada saluran ini dapat diterima. Sedangkan saluran buatan adalah
saluran yang dibuat dan direncanakan oleh maunsia, seperti contoh saluran
irigasi, saluran di laboratorium / selokan, talang, parit pembuangan dll.
Sifat hidrauliknya dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan, sehingga
penerapan teori hidrolika pada saluran buatan memberikan hasil yang
cukup sesuai dengan kondisi sesungguhnya.
Dalam praktek saluran buatan diberi istilah saluran (canal), talang
(flume), got miring (chute), terjunan (drop), gorong-gorong (culvert) dan
sebagainya. Istilah-istilah tersebut tidak diterapkan secara ketat.
Sedangkan saluran alami diberi istilah sungai (river).

2.2. UNSUR GEOMETRIS SALURAN
     Saluran yang dibuat dengan lebar dasar saluran sama di sepanjang
saluran dibuat saluran prismatis, selain itu disebut saluran non prismatis.
Geometris saluran adalah unsur penampang saluran yang dipakai sebagai
pertimbangan / perhitungan. Secara teoritis hidrolika saluran sebagai
berikut:


     (a) Luas penampang (A) yaitu luasan penampang air pada saluran
tersebut.
     (b) Keliling basah (P), yaitu panjang bagian penampang saluran
yang menyentuh air.
     (c) Jari-jari hidrolis (R) yaitu geometri saluran yang
melambangkan ukuran yang merupakan hasil pembagian antara
luas basis dengan kel. basis. R = A/P.
     (d) Lebar puncak (T) yaitu lebar penampang air yang menyentuh
udara.
     (e) Kedalaman hidrolis (D) yaitu unsur geometris yang
melambangkan kedalaman teoritis hidrolis saluran yang
besarnya = A/T.
     (f) Faktor penampang (Z) yaitu untuk perhitungan aliran kritis Z
= A√D dan untuk perhitungan aliran seragam Z = AR2/3.
Tabel 2.1 diberikan contoh unsur geometri penampang saluran pada 7
bentuk penampang saluran.

2.3. PEMBAGIAN KECEPATAN PADA PENAMPANG SALURAN
     Kecepatan air pada suatu penampang saluran tidak sama di setiap
tempat. Kecepatan maksimum terjadi di bagian tengah atas penampang,
kurang lebih 0,05 sampai 0,25 kali kedalaman di bawah permukaan, makin
ke dinding atau ke dasar penampang saluran kecepatan makin kecil.
Perkiraan distribusi kecepatan pada penampang dengan berbagai bentuk
digambarkan dengan kontur.

2.4. PENGUKURAN KECEPATAN
     Cara pendekatan sesuai U.S. Geological Survey untuk memperoleh
kecepatan rata-rata saluran adalah diukur pada kedalaman 0,6 x kedalaman
saluran atau diambil rata-rata dari pengukuran pada kedalaman 0,2 dan 0,8
x kedalaman saluran dari permukaan. Cara ini akan lebih tepat pada
saluran lebar, sedangkan pengertian saluran lebar adalah jika lebar dasar
(b) 10 kali atau lebih dari kedalaman saluran.

2.5. KOEFISIEN PEMBAGIAN KECEPATAN
Energi yang ditimbulkan dari fungsi kecepatan pada saluran
terbuka biasanya lebih besar daripada harga yang dihitung dengan rumus
g
U
2
2 , dimana U = kecepatan rata-rata, maka untuk memperoleh keadaan
yang sesungguhnya dapat dinyatakan dengan α g
U
2
2 . α adalah
koefisien energi yang besarnya berkisar 1,05 s/d 1,35. Nilai ini bertambah
besar untuk saluran kecil / sempit (menurut G. Coriolis).
Akibat tinjauan momentum pembagian kecepatan dinyatakan βwQ
g
U ,
dimana β = koefisien momentum, Q = debit, w = berat volume air, U =
kecepatan rata-rata saluran, dan g = gravitasi.

HIDROLIKA SALURAN TERBUKA

HIDROLIKA SALURAN TERBUKA - SUHARJOKO 

BAB I
ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DAN
PENGGOLONGANNYA
1.1. PENDAHULUAN
Secara umum saluran air terbagi menjadi dua yaitu saluran tertutup dan
saluran terbuka. Saluran tertutup adalah saluran yang tidak mempunyai
permukaan bebas seperti saluran terbuka, seluruh penampangnya terisi penuh
dengan air, kemudian pengalirannya dipengaruhi oleh adanya perbedaan
tekanan hidraulik. Berbeda dengan saluran terbuka, banyak kalangan
mengatakan bahwa pengalirannya dipengaruhi oleh gravitasi, namun
sesungguhnya pada saluran tertutup pun pengalirannya dipengaruhi oleh
gravitasi. Oleh karena itu pernyataan ini tidak sepenuhnya benar. Sehingga jika
aliran dalam pipa dipengaruhi oleh adanya perbedaan tekanan maka aliran
dalam saluran terbuka dipengaruhi oleh perbedaan muka air.
Pada Gambar 1.1 ditunjukkan perbedaan antara aliran pada saluran
terbuka dan aliran pada saluran tertutup (pipa) secara umum pada kedua
saluran tersebut berlaku Hukum Bernouli, namun perbedaannya adalah tekanan
hidrostatis (y) pada pipa diukur dari pusat pipa sampai dengan permukaan air
pada peizometris. Sedangkan pada saluran terbuka, tekanan hidrostatis diukur
dari dalam saluran sampai permukaan air.
1.2. TIPE ALIRAN
Bila ditinjau berdasarkan perubahan ke dalam aliran sesuai dengan
ruang dan waktu, maka ditinjau terhadap waktu ada 2 aliran yaitu:
(a) Aliran tetap (Steady Flow) yaitu bila debit aliran tidak berubah selama
jangka waktu tertentu, maka sebaliknya.
(b) Aliran tak tetap (Unsteady Flow), kedalaman atau debit aliran yang
terjadi selalu berubah.
HIDROLIKA SALURAN TERBUKA - SUHARJOKO BAB I :
DILARANG MENGKOPI SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA TANPA SEIJIN PENULIS
2
Gambar 1.1.
Perbandingan unsur energi pada aliran saluran tertutup dengan
pada aliran saluran terbuka
Debit aliran adalah merupakan perkalian antara luas tampang saluran dengan
kecepatan rata-ratanya atau dapat dinyatakan:
Q = U . A
dimana Q adalah debit aliran, U adalah kecepatan rata-rata dengan A adalah
luas penampang.
Pada keadaan saluran dimana aliran tetap, berlaku Hukum Komunitas yaitu Q1
= Q2 , namun pada saluran dimana aliran tidak tetap maka Q1 ≠ Q2.
Pada kedua jenis aliran tersebut di atas akan terjadi sifat aliran sebagai
berikut:
Aliran seragam (uniform flow) yaitu terjadi bila kedalaman saluran
sama pada setiap penampang, keadaan ini terjadi pada saluran laboratorium,
saluran irigasi.
CL
z1
u1
u2
z2
2
1
y2
y1
Hidroulik
gradien
Grs energi hf
2g
u2
2g
u1
Bidang
persamaan
z1
z2
2
1
y2
y1
Muka air
Grs energi hf
Bidang
persamaan
2g
u 2
1
2g
u 2
2
Aliran pada saluran terbuka
Aliran pada Pipa
HIDROLIKA SALURAN TERBUKA - SUHARJOKO BAB I :
DILARANG MENGKOPI SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA TANPA SEIJIN PENULIS
3
Pernyataan di atas dapat ditulis sebagai
dx
dh = 0 dan sebaliknya bila kedalaman
tidak sama pada setiap penampang (
dx
dh ≠ 0) disebut aliran tak seragam (non
uniform flow).
Non uniform flow / varied flow digolongkan pada dua keadaan yaitu gradually
varied flow dan rapidly varied flow. Gradually varied flow terjadi pada saluran
akibat pembendungan atau pada gelombang banjir, sedangkan rapidly varied
flow terjadi pada loncatan air atau pada penyempitan bukaan pintu dan
penurunan hidrolik.
Di bawah ini ditunjukkan berbagai tipe aliran pada saluran terbuka.
Gambar 1.2.
Bentuk muka air dari berbagai tipe aliran
UF GV RV
GV RV
y = tetap
Aliran tetap (steady flow)
muka air berubah
setiap saat
aliran tak tetap (unsteady flow)
Gelombang banjir (GV)
Catatan :
UF : Uniform Flow
GV : Gradually varied flow
RV : Rapidly varied Flow
HIDROLIKA SALURAN TERBUKA - SUHARJOKO BAB I :
DILARANG MENGKOPI SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA TANPA SEIJIN PENULIS
4
Penggolongan aliran seperti diuraikan di atas dapat diringkas sebagai berikut:
A. Aliran tetap (Steady flow)
1. Aliran seragam (Uniform flow)
2. Aliran tak seragam / aliran berubah (Varied flow)
a. Aliran berubah sedikit demi sedikit (Gradually varied flow)
b. Aliran berubah mendadak (Rapidly varied flow)
B. Aliran tak tetap (Unseady flow)
1. Aliran seragam (Uniform flow)
2. Aliran tak tetap (Varied flow)
a. Aliran berubah sedikit demi sedikit (Gradually varied flow)
b. Aliran berubah mendadak (Rapidly varied flow)
1.3. KEADAAN ALIRAN DAN REZIM ALIRAN
Ada 2 katagori sebagai batas keadaan aliran yaitu keadaan aliran
laminar atau turbulent dan keadaan aliran dalam batas kritis. Laminar atau
turbulent dapat didasarkan dengan bilangan Reynold ⎟⎠
⎜⎝
ν
Re = UR dimana Re =
bilangan Reynold, U = kecepatan aliran, R = jari-jari hidrolis dan ν =
viskositas zat cair, pada saluran terbuka Re < 500, aliran adalah laminar dan Re
> 2000 aliran transisi. Sedangkan aliran kritis didasarkan pada bilangan
Froude, FR =
gR
U , FR = bilangan Froude. Untuk aliran kritis FR = 1,
sedangkan FR > 1 disebut aliran super kritis dan FR < 1 aliran sub kritis.
Disebut kritis adalah jika dalam aliran tersebut energi adalah minimum.
Persoalan ini akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya.
U = kecepatan aliran, g = gravitasi dan R = jari-jari hidrolis, untuk saluran
lebar R ≈ D, D = kedalaman saluran, sehingga FR =
gD
U
HIDROLIKA SALURAN TERBUKA - SUHARJOKO BAB I :
DILARANG MENGKOPI SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA TANPA SEIJIN PENULIS
5
Keadaan laminair dan turbulent suatu aliran dipengaruhi oleh
kekentalan / viskositas zat cair. Sedangkan batas kritis oleh gaya gravitasi. Jika
kedua pengaruh tersebut sama-sama diperhatikan maka sebutannya adalah
rezim aliran, sehingga dengan demikian ada empat rezim aliran, yakni:
1. Aliran laminair sub kritis : Re < 500 ; FR < 1
2. Aliran laminair super kritis : Re < 500 ; FR < 1
3. Aliran turbulent sub kritis : Re < 2000 ; FR < 1
4. Aliran turbulent super kritis : Re < 2000 ; FR < 17
Gambar 1.3 menunjukkan keempat macam rezim aliran pada saluran lebar.
Gambar 1.3.
Keempat rezim aliran pada saluran lebar dengan g = 9,81 m/det2; ν = 10-6 m2/det
(menurut Roberson dan Rouse)

teknik sipil

A. MENGGAMBAR DENAH
Kita akan menggunakan gambar denah yang agak detail. Dimaksudkan untuk mempermudah dalam pembuatan 3D modelingnya.
Langkah 1
Mari kita buka program AutoCAD melalui Icon di Desktop atau dengan cara klik Start > All Programs > Autodesk > AutoCAD 2010 > AutoCAD 2010.
Setelah tampilan AutoCAD 2010 sudah muncul, buat file baru dengan cara mengklik Quick Access Toolbar atau dengan mengetikan NEW pada Command Window (silahkan Anda pilih salah satu).
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/01-new.jpg?w=164&h=142
Langkah 2
Nah akan muncul Dialog Box untuk pilihan template yang akan digunakan. Pada tutorial ini, kita akan menggunakan satuan Metric. Coba lihat bagian kanan-bawah pada Dialog Box , temukan Tanda Panah Kecil yang ada disebelah tombol Open, lalu klik. Kemudian pilih tulisan Open with no Template – Metric.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/02-metric.jpg?w=212&h=107
Langkah 3
Buatlah layer baru dengan cara mengklik Layer Properties pada bagian Layers di Ribbon. Atau dengan mengetikan LA pada command window.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/03-layer.jpg?w=620
Maka akan muncul Dialog Box, Klik icon New Layer atau klik Alt+N pada keyboard untuk membuat layer-layer baru. Buatlah nama-nama layer dengan nama: (As, Arsir, Atap, Dinding batu, Dinding cat, Dinding tekstur, Kaca, Kolom, Kusen, Lantai, Listplank, Plafond). Tentukan warna sesuai dengan selera Anda pada setiap layer agar memudahkan pengerjaan.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/04-layer-manager.jpg?w=620
Langkah 4
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/05-layer-as.jpg?w=241&h=388
Aktifkan layer As, buatlah kotak dengan ukuran 3×2 menggunakan perintah Line. Apabila dirasa tampilan dari objek kurang besar atau kurang kecil, gunakan perintah Zoom Extentsdengan cara double click pada scroll mouse Anda.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/05-as.jpg?w=620
Langkah 5
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/06-layer-kolom.jpg?w=241&h=388
Aktifkan layer Kolom, buat kotak dengan ukuran 0,15×0,15 menggunakan perintahRectangle. Gunakan perintah Move untuk memindahkan gambar kolom ke pojok kiri atas as, lalu duplikat disetiap pojok as dengan menggunakan perintah Copy.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/06-kolom1.jpg?w=620
Langkah 6
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/07-layer-dinding-cat.jpg?w=241&h=388
Aktifkan
 layer Dinding cat, gambar dinding dengan perintah Rectanglepada keempat sisi dinding dengan menyambungkan kotak kolom dan kolom . Silahkan pahami dengan melihat gambar ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/07-dindingcat.jpg?w=620
Langkah 7
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/08-layer-kusen.jpg?w=241&h=388
Aktifkan layer Kusen, buat gambar kusen pintu dan jendela dengan ukuran seperti gambar dibawah ini dengan menggunakan perintah Rectangle dan Arc.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/08-kusen.jpg?w=620
Langkah 8
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/09-layer-kaca.jpg?w=241&h=388
Aktifkan layer Kaca, gambar kaca dengan ketebalan 0,01 pada setiap kusen jendela dengan perintah Polyline.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/09-kaca.jpg?w=620
Langkah 9
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/10-layer-kaca.jpg?w=241&h=388
Aktifkan layer Lantai, buat gambar lantai dengan tebal jarak 0,50 dari tepi dinding luar dengan perintah Polyline.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/10-lantai.jpg?w=620
Langkah 10
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/11-layer-dinding-batu.jpg?w=241&h=388
Aktifkan layer Dinding batu, buatlah gambar dinding batu disetiap pojok kolom dengan tebal 0,02 menggunakan perintah Polyline (lihat gambar dibawah ini).
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/11-dindingbatu.jpg?w=620
Langkah 11
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/12-layer-dinding-tekstur.jpg?w=241&h=388
Aktifkan layer Dinding tekstur, buatlah gambar dinding tekstur disetiap sisi dinding diantara dinding tekstur dengan tebal 0,01 menggunakan perintah Polyline (lihat gambar dibawah ini).
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/12.jpg?w=620
Langkah 12
Non Aktifkan layer As, supaya lebih fokus pada gambar denahnya dan lebih memudahkan pada langkah selanjutnya. Caranya klik gambar lampu (Turn a layer On or Off) pada layer As.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/layer-as-off.jpg?w=243&h=390
Langkah 13
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/13-layer-arsir.jpg?w=241&h=388
Aktifkan layer Arsir, buatlah gambar batas arsiran dinding dalam dengan menggunakan perintah Offset dengan jarak 0,02. Lalu atur dengan Stretch untuk merapihkan.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/arsir-dinding.jpg?w=620
Langkah 14
Masih dalam layer Arsir aktif, buatlah arsiran pada dinding dalam dengan menggunakan perintah Hatch dengan kejarak dengan jenis Pattern ANSI32 dan Scale 0.01.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/arsir-dinding-cat.jpg?w=620
Langkah 15
Masih dalam layer Arsir aktif, buatlah arsiran pada kolom dengan menggunakan perintahHatch dengan kejarak dengan jenis Pattern ANSI31dan Scale 0.005.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/arsir-kolom.jpg?w=620
Langkah 16
Untuk merapihkan garis lantai pada bagian pintu bisa menggunakan perintah Trim untuk menghilangkannya.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/trim-lantai.jpg?w=620
Hasil Akhir dari gambar denah seperti gambar dibawah ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/denah1.jpg?w=620
Langkah 101-layer-dinding-cat
Buka file hasil download dan kita awali dengan mengaktifkan layer Dinding cat. Buat kotak dengan ukuran 3,15x2,15 meter dengan menggunakan perintah Rectangle. Lalu tekan tombol Escpada keyboard.
01-dinding-catLangkah 202-layer-atap
Aktifkan layer Atap. Kita akan membuat garis tepi atap, Anda dapat menggunakan perintahOffset untuk membuatgaris atap.
02-atap
Tips: agar hasil dari obyek yang di offset dapat langsung berpindah pada Layer yang sedang aktif (tidak mengikuti layer obyek yang di offset), ikuti perintah dibawah ini:
Ketik O <enter>
Ketik L <enter>
Ketik C <enter>
Ketik 0.5 <enter>
Klik gambar kotak lalu klik area luar kotak kemudian tekan tombol Esc pada keyboard.
Maka otomatis hasil garis offset akan berubah pada Layer Atap.
Langkah 3
Buatlah garis nok pada bagian tengah atap dengan menggunakanLine. Kemudian dengan perintah Offset, duplikat garis nok keatas dan kebawah dengan jarak 0,2.
03-nok103-nok2
Langkah 4
04-layer-arsir
Kita akan membuat arsiran atap dan disini bentuk arsiran hanya menggunakan garis lurus sederhana. Untuk memulainya, aktifkan layer Arsir.
04-hatch-setting1
Buatlah arsiran pada area atas atap menggunakan perintah Hatch dan rubahnya settingan yang ada dengan ketentuan sebagai berikut:
Pattern: ANSI31
Angle : 45
Scale : 0.05
04-hatch-setting2
Kemudian Buatlah asiran pada area bawah atap menggunakan perintah Hatch dan sesuaikan settingannya dengan ketentuan sebagai berikut:
Pattern: ANSI31
Angle : 45
Scale : 0.025
Langkah 5
05-linetype
Pada langkah ini Kita akan menambahkan bentuk garis putus-putus pada list garis yang sudah ada. Caranya klik Other pada dropdown list di Tab Properties.
Maka akan muncul Tampilan Linetype Manager dimana terlihat hanya 3 type garis saja. Klik tombol Load untuk menambahkan garis.
05-load
Silahkan klik 2x pada ACAD_ISO02W100. Maka bentuk garis putus-putus sudah bertambah pada Jendela Linetype Manager. Klik tombol OK untuk mengakhiri.
06-ACAD_ISO02W10006-OK
Langkah 6
Pilih obyek Dinding cat (kotak berwarna biru). Rubah bentuk garis Dinding cat menjadi putus-putus dengan cara memilih ACAD_ISO02W100 pada dropdown list Linetype di bagianTab Properties (lihat pada gambar).
06-change_linetype
Maka obyek kotak tersebut sudah menjadi garis putus-putus. Namun yang terlihat mungkin tidak putus-putus, dikarenakan skala garisnya belum disesuaikan.
Untuk menyesuaikannya klik tanda panah kecil pada Tab Properties (seperti pada gambar)atau tekan tombol Ctrl+1 pada keyboard. Maka akan muncul jendela properties.
Pada bagian General rubah Linetype scale menjadi 0.01. Lihatlah gbr kotak sudah menjadi garis putus2.
06-linetype-scale
Tutup jendela properties dengan mengklik tanda X pada pojok atas di jendela properties.
Hasil akhir langkah-langkah diatas akan seperti gambar dibawah ini:
Atap Pos Jaga
Langkah 1
Seperti biasa buka file hasil pekerjaan sebelumnya, bila Anda tidak mempunyai filenya silahkan mendownload di sini.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/10-layer-kaca.jpg?w=186
Aktifkan layer Lantai. Buatlah obyek lantai dengan perintah Polyline atau Line dengan ukuran seperti pada gambar:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/1.jpgLangkah 2http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/11-layer-dinding-batu.jpg?w=186
Aktifkan layer Dinding batu. Buat Rectangle  0,25x0,75 (di mulai titik 0,50 dari sebelah kiri).
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/2.jpg?w=620
Langkah 3
Duplikat obyek Dinding batu ke posisi titik 0,50 dari sebelah kanan. Anda dapat menggunakan perintah  Mirror atau Copy hingga hasilnya seperti gambar dibawah ini.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/3.jpg?w=620
Langkah 4
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/01-layer-dinding-cat.jpg?w=186&h=300
Aktifkan layer Dinding cat. Buatlah obyek list dinding seperti dibawah ini dengan menggunakan perintah Polyline atau Line
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/41.jpg?w=620
Langkah 5
Langkah berikutnya, buat garis dinding sepanjang  1,60 seperti gambar dibawah ini dengan menggunakan perintah Line.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/5.jpg?w=620
Langkah 6
Gandakan obyek list dinding yang sudah dibuat pada langkah 4 tepat berada diatas garis dinding yang dibuat tadi dengan perintah Copy atau Mirror.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/6.jpg?w=620
Langkah 7
Buatlah garis dinding sepanjang 0,25 diatas list dinding hasil dari mengcopy tadi dengan perintah Line atau Polyline.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/7.jpg?w=620
Langkah 8
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/02-layer-atap.jpg?w=236&h=388
Aktifkan Layer atap dan buatlah garis atap dengan bentuk dan ukuran seperti dibawah ini. Anda dapat menggunakan perintah Line, Polyline atau Rectangle.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/8.jpg?w=620
Langkah 9
Aktifkan Layer arsir dan berikan pola arsiran dengan menggunakan perintah Hatch. Setting beberapa konfigurasi seperti dibawah ini:
  • Pattern : AR-RSHKE
  • Angle : 0
  • Scale    : 0,00075
Lalu klik tombol Add: Pick points, beri seleksi pada bagian atas dan tengah atap. Lihat gambar berikut:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/9.jpg?w=620
Langkah 10
Buatlah garis tali air dengan ketebalan 0,02 pada daerah dinding bawah Anda dapat  menggunakan perintah Line, Rectangle ataupun Polyline. Duplikat obyek tali air tersebut dengan jarak seperti pada gambar dibawah ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/10.jpg?w=620
Langkah 11
Beri arsiran pada bagian dinding bawah dan dinding batu dengan settingan sebagai berikut:
– Dinding bagian bawah:
  • Pattern : AR-SAND
  • Angle  : 0
  • Scale    : 0,001
– Dinding batu
  • Pattern : AR-B816
  • Angle  : 0
  • Scale    : 0,0005
Hasilnya dari langkah tadi adalah seperti ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/11.jpg?w=620
Maka hasil akhir dari gambar Tampak Belakang adalah sebagai berikut:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/12.jpg?w=620
Langkah 1http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/08-layer-kusen.jpg?w=186
Aktifkan layer Kusen. Buatlah gambar kusen seperti dibawah ini dengan menggunakan perintah Line ataupun Polyline
.http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/01-kusen.jpg?w=300&h=230
Langkah 2
Pindahkan kusen yang sudah jadi tadi ke gambar hasil duplikat dari gambar tampak belakang. Anda dapat menggunakan perintah Move.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/02-gabung.jpg?w=300&h=287
Langkah 3
Nah sekarang anda dapat menghapus garis2 yang menghalangi tampak kusen tersebut dengan perintah Trim. Sebagai Tips : ketikan tr lalu enter 2x. Sekarang anda dapat menghilangkan garis2 yang tidak diinginkan dengan mengkliknya tanpa harus memilih garis batasnya.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/03-trim.jpg?w=300&h=269
Langkah 4
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/06-layer-arsir.jpg?w=182&h=300Aktifkan layer Arsir. Berikan arsiran pada daerah kaca pada kusen. Gunakan perintahHatch dengan settingan dibawah ini.
  • Pattern : AR-RROOF
  • Angle  : 45
  • Scale    : 0,01
Hingga hasil dari settingan hatch diatas seperti ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/04-arsir-jendela.jpg?w=300&h=174
Maka hasil akhir dari gambar Tampak Depan adalah sebagai berikut:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/06/05-akhir.jpg?w=620
Langkah 1
Seperti biasa buka file hasil pekerjaan sebelumnya, bila Anda tidak mempunyai filenya silahkan mendownload di sini.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/10-layer-kaca.jpg
Aktifkan layer Lantai. Buatlah obyek lantai dengan perintah Polyline atau Line dengan ukuran seperti pada gambar:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/01-lantai.jpg
Langkah 2
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/11-layer-dinding-batu.jpg?w=241&h=388
Aktifkan Layer dinding batu. Buat Rectangle 0,25×0,75 (di mulai titik 0,50 dari sebelah kiri).
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/02-dindingbatu.jpg?w=620
Langkah 3
Duplikat obyek dinding batu diposisi titik 0,50 dari sebelah kanan. Anda dapat menggunakan perintah Mirror atau Copy hingga hasilnya seperti gambar dibawah ini.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/03-duplikatdindingbatu.jpg?w=620
Langkah 4
Aktifkan Layer dinding cat. Buatlah obyek list dinding seperti dibawah ini dengan menggunakan perintah polyline.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/04-dindingcat.jpg?w=503&h=255
Langkah 5
Langkah berikutnya, buat garis dinding sepanjang 1,60 seperti dibawah ini dengan menggunakan perintah line.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/05-dinding.jpg?w=620
Langkah 6
Gandakan obyek list dinding yang sudah dibuat pada langkah 4 sehingga tepat berada diatas garis dinding yang dibuat pada langkah sebelumnya dengan perintah copy.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/06-duplikat-listdinding.jpg?w=620
Langkah 7
Buatlah garis dinding sepanjang 0,45 diatas list dinding hasil dari mengcopy (langkah 6) dengan perintah line.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/07-dinding.jpg?w=620
Langkah 8
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/02-layer-atap.jpg?w=236&h=388
Aktifkan Layer atap dan buatlah garis atap dengan bentuk dan ukuran seperti dibawah ini. Anda dapat menggunakan perintah line atau polyline.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/08-atap.jpg?w=620
Langkah 9
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/08-layer-kusen.jpg?w=241&h=388
Aktifkan Layer kusen dan gambarlah obyek dibawah ini dengan menggunakan polylineatau rectangle.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/09-roster.jpg?w=620
Langkah 10
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/13-layer-arsir.jpg?w=241&h=388
Aktifkan Layer arsir. Buatlah garis tali air dengan ketebalan 0,02 pada daerah dinding bawah Anda dapat menggunakan perintah line, rectangle ataupun polyline. Duplikat obyek tali air tersebut dengan jarak seperti pada gambar dibawah ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/10-taliair.jpg?w=620
Langkah 11
Beri arsiran pada bagian dinding bawah dan dinding batu dengan settingan sebagai berikut:
– Dinding bagian bawah:
  • Pattern : AR-SAND
  • Angle : 0
  • Scale : 0,001
  • Dinding batu:
  • Pattern : AR-B816
  • Angle : 0
  • Scale : 0,0005
Hasilnya dari langkah tadi adalah seperti ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/11-arsirdinding.jpg?w=620
Hasil Akhir dari gambar Tampak Kiri seperti dibawah ini:
Langkah 12
Duplikat hasil akhir tampak kiri yang sudah kita buat untuk membuat tampak kanan.
Langkah 13
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/08-layer-kusen.jpg?w=241&h=388
Aktifkan Layer kusen dan buatlah jendela seperti ukuran dibawah ini.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/13-kusen.jpg?w=620
Langkah 14
Pindahkan gambar kusen tersebut pada hasil duplikat tampak kiri sehingga seperti pada gambar berikut.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/14-movekusen.jpg?w=620
Langkah 15
Berikan arsiran pada daerah kaca pada kusen. Gunakan perintah hatch dengan settingan dibawah ini.
  • Pattern : AR-RROOF
  • Angle : 45
  • Scale : 0,01
Hingga hasil dari arsiran seperti ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/15-arsirkaca.jpg?w=620
Hasil Akhir dari gambar Tampak Kanan seperti dibawah ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/tampakkanan.jpg?w=620
Langkah 1
Seperti biasa buka file hasil pekerjaan sebelumnya, bila Anda tidak mempunyai filenya silahkan mendownload di sini.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/10-layer-kaca.jpg
Aktifkan layer Lantai. Buatlah obyek lantai dengan perintah Polyline atau Line dengan ukuran seperti pada gambar:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/01-lantai.jpg
Langkah 2
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/11-layer-dinding-batu.jpg?w=241&h=388
Aktifkan Layer dinding batu. Buat Rectangle 0,25×0,75 (di mulai titik 0,50 dari sebelah kiri).
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/02-dindingbatu.jpg?w=620
Langkah 3
Duplikat obyek dinding batu diposisi titik 0,50 dari sebelah kanan. Anda dapat menggunakan perintah Mirror atau Copy hingga hasilnya seperti gambar dibawah ini.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/03-duplikatdindingbatu.jpg?w=620
Langkah 4
Aktifkan Layer dinding cat. Buatlah obyek list dinding seperti dibawah ini dengan menggunakan perintah polyline.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/04-dindingcat.jpg?w=503&h=255
Langkah 5
Langkah berikutnya, buat garis dinding sepanjang 1,60 seperti dibawah ini dengan menggunakan perintah line.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/05-dinding.jpg?w=620
Langkah 6
Gandakan obyek list dinding yang sudah dibuat pada langkah 4 sehingga tepat berada diatas garis dinding yang dibuat pada langkah sebelumnya dengan perintah copy.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/06-duplikat-listdinding.jpg?w=620
Langkah 7
Buatlah garis dinding sepanjang 0,45 diatas list dinding hasil dari mengcopy (langkah 6) dengan perintah line.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/07-dinding.jpg?w=620
Langkah 8
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/02-layer-atap.jpg?w=236&h=388
Aktifkan Layer atap dan buatlah garis atap dengan bentuk dan ukuran seperti dibawah ini. Anda dapat menggunakan perintah line atau polyline.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/08-atap.jpg?w=620
Langkah 9
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/08-layer-kusen.jpg?w=241&h=388
Aktifkan Layer kusen dan gambarlah obyek dibawah ini dengan menggunakan polylineatau rectangle.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/09-roster.jpg?w=620
Langkah 10
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/13-layer-arsir.jpg?w=241&h=388
Aktifkan Layer arsir. Buatlah garis tali air dengan ketebalan 0,02 pada daerah dinding bawah Anda dapat menggunakan perintah line, rectangle ataupun polyline. Duplikat obyek tali air tersebut dengan jarak seperti pada gambar dibawah ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/10-taliair.jpg?w=620
Langkah 11
Beri arsiran pada bagian dinding bawah dan dinding batu dengan settingan sebagai berikut:
– Dinding bagian bawah:
  • Pattern : AR-SAND
  • Angle : 0
  • Scale : 0,001
  • Dinding batu:
  • Pattern : AR-B816
  • Angle : 0
  • Scale : 0,0005
Hasilnya dari langkah tadi adalah seperti ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/11-arsirdinding.jpg?w=620
Hasil Akhir dari gambar Tampak Kiri seperti dibawah ini:
Langkah 12
Duplikat hasil akhir tampak kiri yang sudah kita buat untuk membuat tampak kanan.
Langkah 13
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/04/08-layer-kusen.jpg?w=241&h=388
Aktifkan Layer kusen dan buatlah jendela seperti ukuran dibawah ini.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/13-kusen.jpg?w=620
Langkah 14
Pindahkan gambar kusen tersebut pada hasil duplikat tampak kiri sehingga seperti pada gambar berikut.
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/14-movekusen.jpg?w=620
Langkah 15
Berikan arsiran pada daerah kaca pada kusen. Gunakan perintah hatch dengan settingan dibawah ini.
  • Pattern : AR-RROOF
  • Angle : 45
  • Scale : 0,01
Hingga hasil dari arsiran seperti ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/15-arsirkaca.jpg?w=620
Hasil Akhir dari gambar Tampak Kanan seperti dibawah ini:
http://karyaguru.files.wordpress.com/2010/08/tampakkanan.jpg?w=620